PENDIDIKAN
GRATIS
|
Impian masyarakat akan datangnya
pendidikan gratis yang telah ditunggu-tunggu dari sejak zaman kemerdekaan
Republik Indonesia telah muncul dengan seiring datangnya fenomena pendidikan
gratis untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Fenomena
pendidikan gratis ini memang sangat ditunggu-tunggu, pasalnya Pemerintah
mengeluarkan dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) untuk menutupi harga-harga
buku yang kian hari kian melambung, sumbangan ini itu, gaji guru yang tidak
cukup dan biaya-biaya lainnya.
Pro
Kontra Pendidikan Gratis
Dilihat dari perkembanganya,
fenomena ini tidak lepas dari pro dan kontra. Bagi yang pro dengan
program-program itu mengatakan bahwa itu adalah upaya pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan penurunan angka anak putus sekolah, sekolah
gratis bagi orangtua bisa mengurangi beban pikirannya untuk masalah biaya
pendidikan dan tidak ada lagi anak-anak yang tidak boleh ikut ujian hanya
karena belum bayar iuran sekolah. Sedangkan yang kontra berkata pemerintah
bagaikan pahlawan kesiangan, Hal ini dikarenakan telah ada yang lebih dulu
melakukan hal tersebut, yaitu LSM-LSM yang concern pada bidang pendidikan dan
penanganan masyarakat tak mampu. Adanya kurang rasa harus sekolah, kesadaran
akan pendidikan sangat kurang, anak lebih mementingkan pekerjaan dari pada
harus sekolah yang tidak mengeluarkan apa-apa. Biaya pendidikan gratis hanya
sampai dengan Sekolah Menengah Pertama sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas tidak. Sedangkan tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Ataslah yang merupakan
tombak utama dan usia yang mapan untuk mencari pekerjaan serta penghasil
devisa negara.
Sekolah menjadi bermutu karena
ditopang oleh peserta didik yang punya semangat belajar. Mereka mau belajar
kalau ada tantangan, salah satunya tantangan biaya. Generasi muda dipupuk
untuk tidak mempunyai mental serba gratisan. Sebaiknya mental gratisan
dikikis habis. Kerja keras, rendah hati, toleran, mampu beradaptasi, dan
takwa, itulah yang harus ditumbuhkan agar generasi muda ini mampu bersaing di
dunia internasional, mampu ambil bagian dalam percaturan dunia, bukan hanya
menjadi bangsa pengagum, bangsa yang rakus mengonsumsi produk. Paling susah
adalah pemerintah menciptakan kondisi agar setiap orangtua mendapat
penghasilan yang cukup sehingga mampu membiayai pendidikan anak-anaknya.
Tidak hanya murid saja melainkan
guru yang terkena imbas dari pendidikan gratis ini. Kebanyakan dari guru
sekolah gratisan mengalami keterbatasan mengembangkan diri dan akhirnya akan
kesulitan memotivasi peserta didik sebab harus berpikir soal ”bertahan
hidup”. Lebih celaka lagi jika guru berpikiran : pelayanan pada peserta didik
sebesar honor saja. Jika demikian situasinya, maka ”jauh panggang dari
api” untuk menaikkan mutu pendidikan.
Sekolah, terutama sekolah swasta
kecil, akan kesulitan menutup biaya operasional sekolah, apalagi
menyejahterakan gurunya. Pembiayaan seperti listrik, air, perawatan gedung,
komputer, alat tulis kantor, transpor, uang makan, dan biaya lain harus dibayar.
Mencari donor pun semakin sulit. Sekolah masih bertahan hanya berlandaskan
semangat pengabdian pengelolanya. Tanpa iuran dari peserta didik, bagaimana
akan menutup pembiayaan itu.
Kualitas
Pendidikan vs Pendidikan Gratis
Pemberlakuan sekolah gratis bukan
berarti penurunan kualitas pendidikan, penurunan minat belajar para siswa,
dan penurunan tingkat kinrerja guru dalam kegiatan belajar mengajar di dunia
pendidikan. Untuk itu bukan hanya siswa saja yang diringankan dalam hal
biaya, namun kini para guru juga akan merasa lega dengan kebijakan pemerintah
tentang kenaikan akan kesejahteraan guru. Tahun 2009 ini pemerintah telah
memutuskan untuk memenuhi ketentuan UUD 1945 pasal 31 tentang alokasi APBN
untuk pendidikan sebesar 20%. Sehingga akan tersedianya anggaran untuk
menaikkan pendapatan guru, terutama guru pegawai negeri sipil (PNS)
berpangkat rendah yang belum berkeluarga dengan masa kerja 0 tahun,
sekurang-kurangnya berpendapatan Rp. 2 juta.
Dari dana BOS yang diterima
sekolah wajib menggunakan dana tersebut untuk pembiayaan seluruh kegiatan
dalam rangka penerimaan siswa baru, sumbangan pembiayaan pendidikan (SPP),
pembelian buku teks pelajaran, biaya ulangan harian dan ujian, serta biaya
perawatan operasional sekolah.
Sedangkan biaya yang tidak menjadi
prioritas sekolah dan memiliki biaya besar, seperti: study tour
(karyawisata), studi banding, pembelian seragam bagi siswa dan guru untuk
kepentingan pribadi (bukan inventaris sekolah), serta pembelian bahan atau
peralatan yang tidak mendukung kegiatan sekolah, semuanya tidak ditanggung
biaya BOS. Dan pemungutan biaya tersebut juga akan tergantung dengan
kebijakan tiap-tiap sekolah, serta tentunya pemerintah akan terus mengawasi
dan menjamin agar biaya-biaya tersebut tidak memberatkan para siswa dan
orangtua. Bagaimana jika suatu waktu terjadi hambatan atau ada sekolah yang
masih kekurangan dalam pemenuhan biaya operasionalnya? Pemerintah daerah
wajib untuk memenuhi kekurangannya dari dana APBD yang ada. Agar proses
belajar-mengajar pun tetap terlaksana tanpa kekurangan biaya.
Melihat kondisi diatas, semua itu
adalah usaha pemerintah untuk mensejahterahkan rakyatnya dalam hal ekonomi
dan pendidikan, tapi alangkah baiknya tidak memberlakukan sekolah gratis
melainkan sekolah murah, dan program bea siswa. Mengapa sekolah harus murah.
Diantaranya; sekolah murah adalah harapan semua orang, tidak hanya para murid
dan orangtuanya, namun juga para guru selagi kesejahteraannya mendapatkan
jaminan dari pemerintah. Sekolah murah dalam banyak hal bisa menyenangkan,
tanpa dibebani tanggungan biaya sekolah sang anak yang mahal, orangtua dapat
tenang menyekolahkan anaknya dan urusan pencarian dana untuk memenuhi
kebutuhan keluarga lebih dikosentrasikan kepada kebutuhan sandang, pangan, papan
dan kesehatan. Sang anak pun bisa tenang melakukan aktivitas pendidikan,
sebab tidak lagi merasa menjadi beban bagi orangtua.
Dan bukankah suasana yang
menyenangkan salah satu faktor terpenting dalam proses belajar-mengajar?
Bagaimana peserta didik dapat belajar dengan baik jika konsentrasinya harus
terbagi memikirkan dana sekolahnya yang belum terlunasi orangtuanya. Ataupun
waktu di luar sekolahnya harus terbagi untuk membantu orangtuanya mencari
tambahan penghasilan. Tidakkah kasus murid-murid yang bunuh diri karena biaya
sekolah yang mencekik belum menjadi peringatan?
Adanya sekolah murah yang dana
aktivitas pendidikannya terbanyak atau sepenuhnya ditanggung pemerintah, bisa
menumbuhkan kepercayaan masyarakat akan peran dan keberadaan pemerintah. Kebijakan-kebijakan
pemerintah akan segera didengar dan dipatuhi masyarakat selagi masyarakat
benar-benar merasa pemerintah berada di pihak mereka dan berusaha
menyejahterahkan masyarakatnya. Sebaliknya, pemerintah pun akan memiliki
bargaining politik yang kuat. Salah satu prasyarat pemerintahan yang kuat dan
berdaulat adalah harus mendapatkan cinta dari rakyatnya.
Sumber : Ananda, Rizki Yulia.
2009. Pentingnya Pendidikan Gratis. (Online), (http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=PENDIDIKAN+GRATIS&nomorurut_artikel=365)
di akses tanggal 24 April 2015
|
|
Kamis, 23 April 2015
Artikel Pendidikan Gratis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar